Ilustrasi |
Berikut perubahan yang terjadi pada tubuh saat terinfeksi COVID-19 dikutip dari Healthline.
1.Paru-paru
Layaknya penyakit virus korona lain termasuk SARS dan MERS-CoV, COVID-19 adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan sehingga paru-paru merupakan organ yang lebih dulu terkena. Gejala awal muncul setelah 2 sampai 14 hari ketika terpapar virus.
TIngkat keparahannya bervariasi, dari gejala ringan atau tanpa gejala hingga fatal. Data pada lebih dari 17 ribu pasien di Tiongkok menemukan hampir 81 persen kasusnya ringan. Sisanya parah atau kritis. Saat terinfeksi, COVID-19 menyebabkan cairan bocor dari pembuluh darah di paru-paru. Cairan itu terkumpul di kantong udara atau alveoli yang membuat paru-paru sulit mentransfer oksigen ke dalam darah.
2.Perut dan usus
Beberapa orang dengan COVID-19 melaporkan gejala gastrointestinal seperti mual atau diare meski jauh lebih jarang daripada masalah dengan paru-paru. Hal ini diketahui setelah peneliti melaporkan adanya temuan virus COVID-19 di sampel tinja.
3. Jantung dan pembuluh darah
COVID-19 juga dapat memengaruhi jantung dan pembuluh darah. Tidak cukupnya darah yang masuk ke jaringan tubuh karena kurangnya oksigen membuat irama jantung menjadi tidak teratur atau tekanan darah menjadi rendah sehingga membutuhkan obat. Namun sejauh ini tidak ada indikasi bahwa COVID-19 bisa langsung merusak jantung.
4.Hati dan ginjal
Ketika sel hati meradang atau rusak, hal tersebut dapay memicu kebocoran enzim ke dalam aliran darah. Satu laporan menemukan tanda-tanda kerusakan hati pada pasien COVID-19. Meski masih tidak jelas apakah virus atau obat yang menyebabkan pasien mengalami kerusakan di hati.
"Ketika mengalami pneumonia, lebih sedikit oksigen yang bersirkulasi sehingga dapat merusak ginjal," sebut James Cherry, seorang profesor riset pediatri di Fakultas Kedokteran David Geffen di UCLA.
5.Sistem imun
Saat mengalami infeksi apapun, sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan menyerang virus atau bakteri asing. Walaupun respon imun ini dapat membersihkan tubuh dari infeksi, namun terkadang dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh.
Kondisi ini kerap disebut 'badai sitokin'. Sel-sel kekebalan memproduksi sitokin untuk melawan infeksi, tetapi jika terlalu banyak dilepaskan dapat menyebabkan masalah. Banyak kerusakan dalam tubuh selama COVID-19 disebut sindrom sepsis yang disebabkan oleh reaksi imun kompleks.